Thursday, April 8, 2010

Berkat Moril Amorel

TEMPO/ 08 September 1973

IBUH -- sebuah jorong di tepi Batang Agam dalam kotamadya Payakumbuh. Di zaman perang kemerdekaan, Ibuh terbilang basis pejuang republik, karena itu Belanda membakar habis 300 rumah adat di sana plus dua mesjid dan balai adatnya. Tentu saja penduduk kemudiaul mengungsi. Lama sudah ladang-ladangnya bersalin rupa jadi rimba-belukar. Tahun 1950 Ibuh kembali bernafas berkat anak-nagarinya mulai ada yang pulang dan membuka sawahladang lagi. ampai tahun 1957 yang merupakan puncak usaha pemulihan-pembangunan Iorong tersebut. Tapi apaboleh buat, setahun kemudian Ibuh terpaksa lagi-lagi rubuh akibat rusuh ketika itu. Kuda bendi. Biarpun sudah dua kali ditimpa malapetaka dahsyat, Ibuh yang pernah habis-habisan itu toh tak dibiarkan lenyap dari muka bumi. Jorong yang luasnya sekitar seratus hektar itu, dengan sungguh-sungguh digarap kembali pada awal pelita I 1969, setelah setahun sebelumnya terbentuk panitia pcmbangunan jorong Ibuh --Kenagarian Koto Nan Ampek. Konon perangsang yang tersohor sejumlah Rp 100.000 itu, merupakan modal bagi kebangkitan desa Ibuh. Dengan resep khas serta pengertian yang, berhasil dibangun, gotong-royong tidak hanya sekedar buahbibir. Di bawah pimpinan Amorel Hamid gelar Datuk Rajo Indo Anso Nan Ratih dalam tempo 20 buLan banyak urusan telah diselesaikan. Secara terperinci Amorel menjelaskan kepada TEMPO mingga akhir 1970, tali-tali bandar persawahan dapat diselesaikan. Juga perbaikan berat serta pengerasan kerikil jalan-jalan penting sepanjang 3699 meter. Membuat dua jembatan beton. Dua belas polongan, bak penampungan air. mesjid, gcdung BKIA dan balai pengobatan." Panitia telah mensahkan sejumlah 28 proyek, 3 tahun lalu, meliputi sektor pendidikan, perekonomian dan sosial. Koresponden Chaerul Harun melaporkan catatannya hingga Agustus ini, sebanyak 90% dari seluruh proyek tersebut sudah rampung. Dan itu tidak hanya menyangkut pembangunan gedung-gedung, melainkan juga urusan tempat minum kuda bendi. Kepentingan yang bakal meninggal juga masuk hitungan. Sebab menurut konyensi adat, siapa yang tak jelas pandam pekuburannya tentu tak jelas pula kaumnya. Ibuh dewasa ini berpenduduk 639 orang dewasa dan 737 anak-anak. Prestasi Ibuh konon lumayan mencengangkan, sampai Mukerda Istimewa Golkar Sumatera Barat menjelang pemilu yang lalu, di Bukittinggi menetapkan "Jorong Ibuh sebagai proyek percontohan pembangunan nagari di Sumatera Barat." Tapi adakah unsur paksaan dalam mensukseskan pembmgunan Ibuh itu? Lebih baik wasangka begitu dipeti-eskan dulu, seperti ujar ketua panitia "Gotong Royong diatur sekali tiap 14 hari. Jenis kerja dan hari boleh dipilih yang bersangkutan buat memberi darmabakti sesuai keahlian masing-masing." Dengan begitu segi perencanaan sudah merupa kan hal yang selesai. Dan panitia-pun melaksanakan sistim musyawarah dan managemen terbuka hingga apa saja perkembangan maupun perubahan di ketahui secara terbuka dan umum. Karena tenaga yang ada digunakan sesuai dengan kebolehannya, maka pemborosan dengan sendirinya dapat dihindarkan termasuk tenaga inti yang terdiri dari tiga sarjana.

No comments:

Post a Comment